Senin, 02 Desember 2013

Perjalanan Panjang Sebatang Pensil



                Sebatang pensil yang tak tahu apa2 mulai melihat dunia ketika ia dikeluarkan dari kotak pembingkusnya. Pedagang menaruhnya di sebuah gelas using yang tak pernah disentuh diujung etalasenya. Berhari-hari ia termenung melihat dunia depan etalase yang selalu bergerak dan berubah.hingga pada suatu saat, pedagang mengambilnya dan memberikannya pada seorang pemuda berbaju necis beserta tas selempangnya yang  menyerupai ciri2 mahasiswa gaul saat itu. Pensil itu dimasukkannya kedalam tas selempang yang keren itu.
Didalam tas tersebut, pensil bertemu dengan beberapa teman baru, antara lain sisir, minyak rambut dan beberapa kertas kecil dengan tulisan-tulisan kecil yang hampir tidak bisa dibaca (contekan).
Pensil itu segera digunakan oleh pemuda itu selama berminggu-minggu hingga usianya tinggal setengah lebih sedikit dan bentuknya sudah tak beraturan, gigitan taring manusia memenuhi badan pensil itu.
Suatu hari yang tak disangka-sangka, pensil itu jatuh dari kursi kuliah si pemuda dan ironisnya ia tidak menyadarinya. Pensil itu terpisah dari temannya dan kini berada di dunia yang gelap tan pa satu orang teman pun (ruang kuliah pada malam hari).
Pagi hari pun datang beserta gerombolan anak kuliahan yang masuk kelas secara bergantian. Pensil itu mendengar seseorang berbicara “coy, kamu bawa pensil berapa?”. dan suara yang lain menyahutnya dengan jawaban “satu doang, eh itu ada pensil di bawah. Pake aja tuh”. Pensil tersebut kemudian diambil oleh seorang cewek. Pensil itu kemudian digunakannya untuk mengerjakan soal matematika yang rumit dan menjemukkan. Pensil itu kemudian dimasukkannya kedalam tas backpack hitam milik pemuda tersebut. Di dalamnya ia bertemu dengan beberapa teman baru, antara lain sebuah kotak bedak dan parfum remaja yang baunya menyengat hidung. Tak lama berselang, pensil tersebut jatuh karena tas tersebut ternyata bolong. Pensil tersebut patah ujungnya karena jatuh di aspal yang ternyata merupakan jalan raya, dunia baru bagi si pensil.
Malam yang dingin dilewatinya di sudut jalan raya yang ramai dan penuh dengan lampu-lampu yang menyilaukan. Ia mendapat teman baru ketika sebuah tisu dilemparkan sebuah mobil dan jatuh di dekatnya.
Pagi pun tiba, orang-orang lalu-lalang di daerah itu tanpa memperdulikan dirinya dan tisu tersebut. Hingga seseorang bapak-bapak melihatnya. Ia mengambil si pensil dan tisu tersebur dan membuangnya ke sebuah tempat bertuliskan sampah organik.
Tempat tersebut ternyata gelap dan bau, si pensil hamper tak bisa melihat apa-apa. Sampai tahu-tahu tempat tersebut bergoncang dan tubuhnya terseret dan tertimbun di suatu tempat yang jauh lebih bau (truk sampah).
Perjalanan panjang kemudian mengantarnya ke sebuah tempat pembuangan akhir. Ia terguncang dan tertimbun lagi. Hingga suatu saat seseorang dengan kait besi menemukannya dan dimasukkannya pensil tersebut ke saku orang itu.
Beberapa saat berlalu, orang tersebut mengambil pensil tersebut, mencucinya dengan air bersih dan memberikannya kepada anaknya.
Anak tersebut tak  mau, kemudian si pemulung membuangnya lagi di tempat sampah dan tak pernah ditemukan lagi.