Sebatang
pensil yang tak tahu apa2 mulai melihat dunia ketika ia dikeluarkan dari kotak
pembingkusnya. Pedagang menaruhnya di sebuah gelas using yang tak pernah
disentuh diujung etalasenya. Berhari-hari ia termenung melihat dunia depan
etalase yang selalu bergerak dan berubah.hingga pada suatu saat, pedagang
mengambilnya dan memberikannya pada seorang pemuda berbaju necis beserta tas
selempangnya yang menyerupai ciri2
mahasiswa gaul saat itu. Pensil itu dimasukkannya kedalam tas selempang yang
keren itu.
Didalam tas
tersebut, pensil bertemu dengan beberapa teman baru, antara lain sisir, minyak
rambut dan beberapa kertas kecil dengan tulisan-tulisan kecil yang hampir tidak
bisa dibaca (contekan).
Pensil itu
segera digunakan oleh pemuda itu selama berminggu-minggu hingga usianya tinggal
setengah lebih sedikit dan bentuknya sudah tak beraturan, gigitan taring
manusia memenuhi badan pensil itu.
Suatu hari yang
tak disangka-sangka, pensil itu jatuh dari kursi kuliah si pemuda dan ironisnya
ia tidak menyadarinya. Pensil itu terpisah dari temannya dan kini berada di
dunia yang gelap tan pa satu orang teman pun (ruang kuliah pada malam hari).
Pagi hari pun
datang beserta gerombolan anak kuliahan yang masuk kelas secara bergantian.
Pensil itu mendengar seseorang berbicara “coy, kamu bawa pensil berapa?”. dan
suara yang lain menyahutnya dengan jawaban “satu doang, eh itu ada pensil di
bawah. Pake aja tuh”. Pensil tersebut kemudian diambil oleh seorang cewek.
Pensil itu kemudian digunakannya untuk mengerjakan soal matematika yang rumit
dan menjemukkan. Pensil itu kemudian dimasukkannya kedalam tas backpack hitam
milik pemuda tersebut. Di dalamnya ia bertemu dengan beberapa teman baru,
antara lain sebuah kotak bedak dan parfum remaja yang baunya menyengat hidung.
Tak lama berselang, pensil tersebut jatuh karena tas tersebut ternyata bolong.
Pensil tersebut patah ujungnya karena jatuh di aspal yang ternyata merupakan
jalan raya, dunia baru bagi si pensil.
Malam yang
dingin dilewatinya di sudut jalan raya yang ramai dan penuh dengan lampu-lampu
yang menyilaukan. Ia mendapat teman baru ketika sebuah tisu dilemparkan sebuah
mobil dan jatuh di dekatnya.
Pagi pun tiba,
orang-orang lalu-lalang di daerah itu tanpa memperdulikan dirinya dan tisu
tersebut. Hingga seseorang bapak-bapak melihatnya. Ia mengambil si pensil dan
tisu tersebur dan membuangnya ke sebuah tempat bertuliskan sampah organik.
Tempat tersebut
ternyata gelap dan bau, si pensil hamper tak bisa melihat apa-apa. Sampai tahu-tahu
tempat tersebut bergoncang dan tubuhnya terseret dan tertimbun di suatu tempat
yang jauh lebih bau (truk sampah).
Perjalanan
panjang kemudian mengantarnya ke sebuah tempat pembuangan akhir. Ia terguncang
dan tertimbun lagi. Hingga suatu saat seseorang dengan kait besi menemukannya
dan dimasukkannya pensil tersebut ke saku orang itu.
Beberapa saat
berlalu, orang tersebut mengambil pensil tersebut, mencucinya dengan air bersih
dan memberikannya kepada anaknya.
Anak tersebut
tak mau, kemudian si pemulung
membuangnya lagi di tempat sampah dan tak pernah ditemukan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar